Alamat Rumah Presiden Joko Widodo
Jokowi Pernah Menjadi Pengusaha Mebel
Setelah lulus dari perguruan tinggi, Jokowi bekerja di sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT Kertas Kraft Aceh serta diberikan tugas di area Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Namun, Jokowi bekerja di PT Kertas Kraft Aceh tidak begitu lama dan mengambil keputusan untuk kembali lagi ke kampung halamannya.
Sesampainya di kampung halaman, Jokowi mempunyai keinginan atau tekad untuk melakukan bisnis di bidang perkayuan. Bisnis di bidang kayu ini dimulai dari perusahaan pamannya, yang bernama CV Roda Jati.
Hingga pada tahun 1988, ia memberanikan diri untuk membuat bisnis di bidang kayu milik sendiri. Nama usaha yang diberikan Jokowi untuk usaha kayunya adalah CV Rakabu, nama itu diambil dari anak pertamanya yang bernama Gibran Rakabuming Raka.
Jokowi memulai usahanya dengan modal hutang. Untuk mendapatkan modal usahanya, Jokowi menjaminkan sertifikat tanah milik orang tuanya kepada Bank supaya memperoleh pinjaman dari Bank.
Pilihan dan keputusan yang diambil oleh Jokowi bisa dikatakan cukup berani karena jika usaha kayunya gagal maka sertifikat itu tidak bisa dikembalikan. Namun, karena kegigihan, kerja keras, dan rasa optimis yang dimiliki oleh Jokowi membuat usahanya berhasil dibangun dan bertahan hingga saat ini.
Setelah mendapatkan modal usaha, Jokowi memulai bisnis mebelnya dengan menyewa sebuah tempat yang cukup sederhana, yaitu sebuah tempat yang terbuat dari anyaman bambu. Saat baru-baru memulai bisnisnya, Jokowi dibantu dengan tiga orang tenaga mengolah kayu, membuat konstruksi hingga mengecat mebel.
Tekad kuat yang dimiliki oleh Jokowi membuat ia bekerja lebih giat dan bekerja dari pagi hingga pagi. Dengan kata lain, waktu yang dihabiskan Jokowi dalam bekerja melebihi jam-jam kerja pada umumnya.
Terkadang, ia sampai tidur di pabrik hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dengan kerja kerasnya itu maka mebel Jokowi mulai memperlihatkan hasil yang cukup maju atau ada kemajuan dalam bisnis mebelnya. Kemajuan yang terjadi pada bisnis mebel Jokowi terjadi setelah tiga tahun berjuang dan bekerja keras mengembangkan bisnis mebel ini.
Ketika awal-awal memulai karir sebagai eksportir mebel, Jokowi sudah mulai aktif mengikuti pameran-pameran mebel yang diselenggarakan mulai dari Singapura, Timur Tengah, Eropa, hingga ke Amerika. Pameran pertama kali yang diikuti oleh Jokowi merupakan pameran yang diselenggarakan di Jakarta.
Pengalaman Jokowi dalam karir politik bisa dikatakan berbeda jauh dengan karirnya dalam dunia bisnis mebel. Jokowi sudah memiliki pengalaman dalam bisnis mebel selama 23 tahun. Sedangkan dalam dunia politik, Jokowi bisa dikatakan belum mempunyai banyak pengalaman.
Awal karir politik Jokowi dimulai pada tahun 1998 dengan mengikuti dunia politik praktis dan partai yang dipilihnya adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri. Partai ini menjadi kendaraan politik Jokowi, mulai dari menjadi Walikota Solo hingga menjadi Presiden Republik Indonesia.
Biografi Joko Widodo – Joko Widodo atau biasa kita kenal dengan Jokowi merupakan salah satu Presiden Indonesia. Presiden Joko Widodo menjadi Presiden Indonesia yang ketujuh. Presiden Indonesia yang ketujuh ini namanya sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Namun, tidak semua orang tahu tentang biografi dari Presiden Indonesia yang ketujuh ini. Sudah tahukah kalian bahwa Presiden Jokowi merupakan pengusaha mebel yang berasal dari Solo? Bagaimana perjalanan karir politik Jokowi? Simak ulasan tentang Joko Widodo atau Jokowi mulai dari masa kecil hingga prestasi dan fakta unik yang pernah disematkan kepada Jokowi.
Menjadi Walikota Solo
Pada tahun 2005 diadakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Walikota Solo. Jokowi menjadi calon Walikota Solo dengan pasangan FX Hadi Rudyatmo. Kedua calon itu diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Dari pemilihan itu Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo mendapatkan perolehan suara sebanyak 36,62% dan memenangkan Pilkada tersebut.
Dalam kepemimpinannya, Jokowi dapat membuat kota Solo tertata lebih rapi, bahkan kota Solo menjadi salah satu bahan kajian di Universitas dalam dan luar negeri.
Bukan hanya itu, pada masa kepemimpinannya, Jokowi juga memperkenalkan bus Batik Solo Trans dan menjadikan kota Solo sebagai tuan rumah beberapa acara internasional.
Pada tanggal 26 April 2010, Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo menjadi Walikota dan Wakil Walikota Solo sebagai calon petahana. Pada saat itu, perolehan suara yang didapat oleh Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo bisa dikatakan cukup mengejutkan karena mereka mendapatkan suara sebanyak 90,09%.
Perolehan suara yang didapatkan oleh mereka hampir saja memecahkan rekor MURI. Dalam rekor MURI, perolehan suara terbanyak diperoleh pasangan Herman Sutrisno dan Akhmad Dimyati, sebagai Walikota Banjar yang dimana mereka juga merupakan pasangan petahana dan suara yang diperoleh sebanyak 92,19% di tahun 2008.
Menjadi Walikota Solo
Pada tahun 2005 diadakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Walikota Solo. Jokowi menjadi calon Walikota Solo dengan pasangan FX Hadi Rudyatmo. Kedua calon itu diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Dari pemilihan itu Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo mendapatkan perolehan suara sebanyak 36,62% dan memenangkan Pilkada tersebut.
Dalam kepemimpinannya, Jokowi dapat membuat kota Solo tertata lebih rapi, bahkan kota Solo menjadi salah satu bahan kajian di Universitas dalam dan luar negeri.
Bukan hanya itu, pada masa kepemimpinannya, Jokowi juga memperkenalkan bus Batik Solo Trans dan menjadikan kota Solo sebagai tuan rumah beberapa acara internasional.
Pada tanggal 26 April 2010, Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo menjadi Walikota dan Wakil Walikota Solo sebagai calon petahana. Pada saat itu, perolehan suara yang didapat oleh Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo bisa dikatakan cukup mengejutkan karena mereka mendapatkan suara sebanyak 90,09%.
Perolehan suara yang didapatkan oleh mereka hampir saja memecahkan rekor MURI. Dalam rekor MURI, perolehan suara terbanyak diperoleh pasangan Herman Sutrisno dan Akhmad Dimyati, sebagai Walikota Banjar yang dimana mereka juga merupakan pasangan petahana dan suara yang diperoleh sebanyak 92,19% di tahun 2008.
Penghargaan dan Fakta Unik Jokowi
Kemampuan sosialisasi yang dimiliki oleh Jokowi dalam mendapatkan dukungan-dukungan kepada masyarakat membuat ia mendapatkan penghargaan sebagai Marketer of The Year 2012 yang diadakan oleh Markplus Conference 2013, Marketing: Info Innovation and Technology.
Seperti yang sudah diketahui oleh banyak orang bahwa nama asli Jokowi adalah Joko Widodo. Namun, sudah tahukah kalian awal mula sebutan Jokowi diberikan kepada Joko Widodo?
Saat menjadi pengusaha ekspor mebel, Joko Widodo memiliki klien atau pelanggan yang suka membeli mebelnya yang bernama Michl Romaknan asal Perancis.
Singkat cerita, pelanggan asal Perancis ini sulit membedakan nama Joko Widodo dengan nama Joko-Joko yang berprofesi sama yaitu sebagai eksportir mebel.
Michl mencari cara untuk membedakan nama Joko Widodo dengan Joko-Joko lainnya dan Michl memberikan nama “Jokowi” supaya dapat membedakan dengan nama Joko-Joko lainnya.
Sampai saat ini, nama Jokowi lebih dikenal oleh masyarakat daripada nama Joko Widodo. Hal itu dikarenakan nama Jokowi mempunyai keunikan tersendiri dan lebih mudah untuk didengar dan diingat oleh banyak orang.
Dari Jokowi Hingga Pandemi
Jokowi selalu berusaha untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada adik-adiknya sehingga ia menjadi panutan bagi tiga orang adik perempuannya. Rasa aman dan nyaman itu ditunjukkan dengan cara bersikap baik serta pelindung bagi adik-adiknya.
Bukan hanya itu, Joko Widodo atau Jokowi juga sangat senang membantu ibunya untuk merawat dan menjaga adik-adiknya, seperti mengantar mereka ke sekolah, membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, dan lain-lain.
Bisnis mebel yang dimiliki oleh Jokowi bisa dikatakan merupakan bisnis yang tidak diperoleh dengan mudah dan membutuhkan kerja keras untuk membangun bisnisnya menjadi lebih maju.
Jatuh bangun dalam membangun bisnis ini sudah biasa dilewati. Bisa dikatakan bahwa kunci untuk mengembangkan sebuah bisnis ke arah yang lebih maju dibutuhkan keberanian dan semangat untuk bangkit kembali kembali ketika harus jatuh berkali-kali.
Jokowi memulai karir politiknya pada tahun 1998 dan memilih PDI-P menjadi kendaraan politiknya. Sehingga pada tahun 2005-2010 ia berhasil menjadi Walikota Solo, lalu melanjutkan karir politiknya menjadi Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012 dan pada tahun 2014 sampai saat ini menjadi Presiden Republik Indonesia.
Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi
Buku ini adalah sebuah sketsa tentang perempuan yang menemani Jokowi, saat ia masih berupa janin dalam kandungan hingga kini duduk sebagai gubernur DKI Jakarta. Nilai-nilai kesederhanaan, sifat jujur dan tidak serakah yang dihadapinya, semoga dapat menginspirasi lebih banyak lagi keluarga di Indonesia sehingga kelak akan muncul pemimpin-pemimpin baru yang jujur dan dapat dibanggakan.
Jokowi dari Bantaran Kalianyar ke Istana
Buku ini menyajikan informasi empiris dan analisis terkait latar belakang dan perjuangan keluarga, serta masa perkembangan Jokowi sebagai anak-anak sampai menjelang masuk perguruan tinggi. Lebih dari sekadar cerita tentang Jokowi, analisis dalam buku ini diletakkan dalam kerangka perjuangan keluarga biasa Jawa dalam mobilitas vertikal di arena sosial, ekonomi, dan politik, di tengah struktur sosial yang elitis dan hierarkis.
Baca juga artikel terkait “Biografi Joko Widodo” :
di Djakarta Theater, Kota Administrasi Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim.Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,Selamat pagi,Salam sejahtera bagi kita semua,Om swastiastu,Namo buddhaya,Salam kebajikan.
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,Apa kabar semuanya?Apa kabar semuanya?Apa kabar semuanya?Apa kabar semuanya?Sudah makan pagi? Sama, saya juga belum.Sudah siap semuanya? Pagi hari ini saya mau bagi-bagi, tapi bukan bagi-bagi sepeda, juga bukan bagi-bagi tiket Coldplay. Nanti ada yang bisik-bisik, “Pak, tiketnya, Pak”. Ndak, ini adalah hal yang sangat spesial, lebih spesial lagi dan apa itu yang ingin saya bagi? Saya ingin berbagi visi, berbagi mimpi besar, berbagi cita-cita besar bangsa ini.
Tadi dalam perjalanan saya dari Istana ke tempat ini, saya membayangkan akan jadi apa, akan menjadi seperti apa Indonesia ini di 100 tahun kemerdekaannya, yaitu tahun 2045. Kemudian, saya mem-flashback gedung ini Djakarta Theater di sekitar tahun 1970-an, ini adalah tempat yang paling megah di Jakarta, saat itu tahun 1970. Dan tahun itu, tahun 1970-an saya belum menginjakkan kaki saya di Jakarta, 1970 belum pernah ke Jakarta saya. Masih di solo, masih di bantaran sungai rumah saya, habis kena gusur. Iya benar, tahun-tahun 1970 dan masih ndeso banget.
Tapi di tahun 2023 ini, saya berdiri di sini sebagai Presiden Republik Indonesia. Artinya apa? Dalam 50 tahun perubahan signifikan itu sangat bisa terjadi jika kita berani, jika kita mau, dan jika kita punya nyali, jika kita punya nyali. Bertekad, berusaha keras, bekerja keras untuk berani melakukan lompatan. Inilah yang kita perlukan.
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
[Tahun] 2030-an kita akan mengalami puncak bonus demografi 68,3 (persen) total penduduk Indonesia berusia produktif, yang ini terjadi hanya satu kali dalam peradaban sebuah negara. Bonus demografi itu hanya terjadi satu kali dalam peradaban sebuah negara. Ini bisa menjadi peluang, tapi ini juga bisa menjadi sebuah bencana kalau kita tidak bisa mengelolanya.
Saya lihat, saya baca di berita, ini di negara yang lain, saking sulitnya mencari kerja, lulusan S2 yang seharusnya bisa menjadi guru, saat ini menjadi tukang sapu. S2. Di sebuah negara di Afrika di 2015 juga mendapatkan bonus demografi, tapi dalam tujuh tahun justru yang terjadi pengangguran melonjak menjadi 33,6 persen, saya tidak usah sebut negaranya mana tapi saya yakin Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara tahu. Dan, kita tidak ingin terjadi seperti itu.
Oleh sebab itu, kita harus bekerja keras, sekali lagi, kita harus bekerja keras memanfaatkan peluang ini. Kita harus punya perencanaan taktis, bukan perencanaan, tapi perencanaan taktis. Visinya juga visi taktis, punya strategi juga yang taktis, karena kita berkompetisi dengan negara lain. Punya strategi besar, tapi strategi taktis. Itu yang dulu-dulu kita enggak memiliki. Tapi sekarang saya tanya ke Menteri BPN/Bappenas, sudah lebih taktis dan lebih detail.
Sekali lagi, karena kita berhadapan dengan kompetisi dengan negara-negara lain. Enggak bisa lagi kita kayak dulu-dulu memakai istilah-istilah yang absurd. Pengembangan, apa itu pengembangan. Penguatan, apa itu penguatan. Pemberdayaan, harus to the point, apanya. Harus taktis, apanya. Untuk membawa kapal besar Indonesia menggapai cita-cita Indonesia Emas 2045. Jadi rencana taktis, visi taktis, strategi besar tapi strategi yang taktis, kemudian berani mengeksekusinya.
Sekali lagi, untuk membawa kapal besar bangsa Indonesia menggapai cita-cita Indonesia Emas 2045, menjadi lima besar ekonomi dunia. Peluangnya ada, hitung-hitungannya saya sudah dengar semuanya. Dari Bappenas saya sudah dengar kalkulasinya, dari McKinsey saya sudah dengar hitungannya, dari IMF saya sudah dengar hitungannya, dari Bank dunia (World Bank) juga saya dengar hitung-hitungannya, hampir mirip-mirip.
Tetapi tantangannya itu juga tidak mudah. Kita perkirakan itu GNI per kapita di tahun ini, kita sudah mencapai angka 5.000 berapa, Bu Menteri Keuangan? 5.000 lebih sedikit, 5.030 US Dollar di tahun 2023. Perkiraan kita di tahun Indonesia Emas 2045 itu berada di angka kira-kira 23.000 sampai 30.300 US Dollar per kapita. Itu lompatannya…
Tingkat kemiskinan sekarang ini meskipun sudah single digit, yaitu di angka 9,57 persen, tapi masih tetap angka itu kita harus sampaikan, masih tinggi. Dan, di tahun 2045 diperkirakan di 0,5 sampai 0,8 persen. Tapi bukan hal yang mudah, bukan hal yang gampang.
Menurut saya, ada tiga hal pokok penting yang menjadi acuan, sebagai acuan. Yang pertama untuk menggapai itu, yang pertama, ini penting stabilitas bangsa ini harus terjaga. Stabilitas bangsa ini harus terjaga. Tidak ada satu negara pun yang berhasil mencapai sebuah kemakmuran saat kondisinya tidak stabil, enggak ada. Tunjukkan negara mana? Saat negaranya terpecah, enggak akan yang namanya mencapai kemakmuran. Negara itu berkonflik, enggak akan tercapai yang namanya itu kemakmuran. Kisruh terus, enggak akan yang namanya akan mencapai sebuah kemakmuran. Sekali lagi, stabilitas.
Yang kedua, harus ada keberlanjutan dan kesinambungan, harus. Kalau sudah kepemimpinan satu, kedua, ketiga, sudah sampai ke SMA, mestinya kepemimpinan yang keempat itu diteruskan untuk masuk ke universitas. Jangan balik lagi ke SD lagi. Setuju? Kepemimpinan itu ibarat tongkat estafet. Sekali lagi, kepemimpinan itu ibarat tongkat estafet, bukan meteran pom bensin. Kalau meteran pom bensin itu, “Pak, dimulai dari nol ya” sama ditunjukkan ini. Apakah kita mau seperti itu? Ndak kan. Masa kayak meteran pom bensin. Mestinya kalau sudah dari TK, SD, SMP, ini ya kepemimpinan berikut masuk ke SMA, universitas. Nanti kepemimpinan berikut masuk ke S2, S3, mestinya seperti itu. Tidak maju mundur poco poco, ndak.
Dan, pembangunan Indonesia Sentris, ini penting. Hilirisasi industri, sangat penting. Inilah nanti yang akan melompatkan kita. Kalau hilirisasi ini berhasil, kita akan melompat. Membangun, misalnya urusan hilirisasi mineral, membangun ekosistem EV battery. Bagaimana yang dulu kita ekspor hanya mentahan, nikel ekspor hanya mentahan, bisa jadi cathode, bisa jadi prekursor, bisa jadi lithium battery, bagaimana mencapai ekosistem besarnya ini. Ini yang tidak mudah, perlu kerja detail, perlu dicek terus di lapangan, itu pun bisa meleset, apalagi tidak.
Perkebunan, hasil-hasil perkebunan jangan diekspor mentahan-mentahan saja. Crude palm oil (CPO), kenapa enggak dibuat barang setengah jadi dan jadi, bisa sabun, bisa kosmetik, dan lain-lainnya. Rumput laut, kita punya potensi yang sangat besar sekali, tapi jangan diekspor mentahan, mentahan, mentahan. Sekarang, rumput laut itu bisa dijadikan biofuel. Saya baru lihat, kaget juga saya lihat di Jerman. Artinya, potensi ini besar, tetapi tantangannya juga besar.
Kemudian yang kedua, IKN Nusantara, Ibu Kota Nusantara. Banyak yang bertanya ke saya, “Untuk apa sih, Pak?” Perlu saya sampaikan 56 persen penduduk Indonesia itu ada di Jawa dan yang terpadat itu di Jakarta, 56 persen penduduk kita ada di Jawa berarti 149 juta dari 17 ribu pulau. Itu 149 juta itu ada di Pulau Jawa, itu perlu pemerataan. GDP ekonomi kita 58 persen itu juga ada di Jawa, yang 17 ribu pulau yang lainnya diberi bagian apa? Beban Jakarta itu sudah sangat terlalu padat sekali, sebagai kota pendidikan, sebagai kota pariwisata, sebagai kota bisnis, sebagai kota ekonomi, sebagai kota pemerintahan. Macet semua kita sekarang ini di mana-mana.
Oleh sebab itu, beban harus dikurangi, pemerataan harus dilakukan. Tidak dalam jangka setahun, dua tahun, tiga tahun, empat tahun, lima tahun yang akan datang, tetapi kita harus melihat visi yang jauh ke depan. Oleh sebab itu, hilirisasi, IKN Nusantara ini harus diperkuat, harus dilanjutkan, harus ditingkatkan.
Kemudian, yang ketiga adalah SDM, sumber daya manusia. Ini kekuatan besar kita, jangan tapi juga jangan hanya menang dari segi jumlah, tetapi juga harus dari segi kualitas SDM-nya, baik secara fisik, skill, karakter produktif, dan karakter disiplin. Ini yang harus kita benahi total, termasuk penguasaan iptek. Korea Selatan sebagai contoh, ini dalam delapan tahun mampu keluar dari middle income trap/jebakan negara berpendapatan menengah. Angkanya di tahun 1987, GDP mereka masih di angka 3.500 di tahun 1987, 3.500. Kemudian GDP di tahun 1995, delapan tahun setelah itu melompat menjadi 11.800. Lompatan seperti inilah yang perlu kita tiru, perlu kita contoh. Karena apa? Karena kualitas SDM-nya yang fokus pada teknologi dan produktivitas.
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian,Indonesia Emas tidak bisa hadir otomatis, tapi sekali lagi, butuh direncanakan dengan baik, butuh fokus yang sama, butuh panduan, butuh haluan, sehingga saya harap RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) yang diluncurkan ini dapat menjadi pedoman kita bersama. Apa sih pedoman kita? Ada di situ. Dan, terlepas dari itu semua, bagaimanapun baiknya sebuah perencanaan, bagaimanapun baiknya sebuah perencanaan, akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan kemampuan eksekusi yang baik, enggak ada artinya.
Oleh sebab itu, untuk mencapai Indonesia Emas 2045 dibutuhkan, sangat dibutuhkan smart execution, dan dibutuhkan smart leadership oleh strong leadership yang berani dan pandai mencari solusi dan yang punya nyali. Tapi, jangan bicara pilpres di forum ini, nanti di forum yang lain saja.
Saya rasa, itu yang ingin saya sampaikan. Dan, dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim pada pagi hari ini secara resmi saya luncurkan Rancangan RPJPN Tahun 2025-2045.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber: https://setkab.go.id/peluncuran-indonesia-emas-2045-di-djakarta-theater-kota-administrasi-jakarta-pusat-provinsi-dki-jakarta-15-juni-2023/
Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi adalah Presiden ke-7 RI. Jokowi menjabat sebagai Presiden RI sejak 20 Oktober 2014, dan tahun 2019 terpilih kembali sebagai kepala negara RI untuk periode kedua hingga 2024.
Karier pria kelahiran Solo, pada 21 Juni 1961 ini dimulai sebagai pengusaha mebel, kemudian terjun ke dunia politik saat Pilkada Kota Surakarta tahun 2005. Suami Iriana ini maju sebagai Wali Kota Surakarta berpasangan dengan FX Hadi Rudyatmo sebagai wakilnya yang diusung oleh PDIP dan PKB.
Jokowi dan Hadi Rudyatmo berhasil menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surakarta selama dua periode (2005–2010 dan 2010–2015). Namun, belum selesai masa jabatan Wali Kota Surakarta, PDI-P mendapuknya maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2012. Jokowi yang maju berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta masa jabatan 2012–2017.
Belum lagi usai masa jabatan sebagai kepala Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, Jokowi kembali diusung PDI-P maju dalam Pilpres 2014. Insinyur Kehutanan dari Universitas Gadjah Mada ini maju berpasangan dengan Jusuf Kalla sebagai wakilnya.
Jokowi-JK berhasil meraih kemenangan. Jokowi menjadi Presiden ke-7 RI (2014–2019). Tahun 2019, Joko kembali terpilih sebagai Presiden RI untuk masa jabatannya yang kedua. Jokowi didampingi oleh Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin untuk masa jabatan 2019 hingga 2024.
Jokowi lahir di Solo pada 21 Juni 1961 dari pasangan Widjiatno Notomihardjo dan Sudjiatmi. Jokowi adalah anak sulung dan putra satu-satunya dari empat bersaudara. Ketiga adik perempuannya, yaitu Iit Sriyantini, Ida Yati, dan Titik Relawati. Ketika lahir, awalnya sang bayi tidak diberi nama Joko Widodo, tetapi Mulyono. Nama Mulyono, yang berarti “mulia”, dirasa tidak cocok untuk bayi kecil itu. Kemudian, namanya diganti menjadi Joko Widodo yang berarti anak lelaki yang selamat dan sejahtera.
Jokowi hidup dalam keluarga yang sederhana. Sejak lahir, keluarganya tinggal di sebuah rumah kontrakan di sekitar bantaran Kali Anyar di Kampung Cinderejo Lor, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Solo. Kali Anyar hanya berjarak 20 meter dari rumah orang tua Jokowi. Selama 12 tahun, Jokowi kecil bersama orang tuanya tinggal di bantaran kali itu.
Untuk menghidupi keluarga, ayahnya berjualan kayu dan bambu di tepi kali. Bahkan, ayah Jokowi terpaksa berulang kali membawa keluarganya hidup berpindah dari satu rumah sewa ke rumah sewa lainnya. Tempat tinggal mereka di bantaran Kali Anyar pernah kena gusur Pemerintah Kota Solo. Mereka kemudian menumpang di kediaman kerabat ayahnya di daerah Gondang.
Pendidikan dasar ditempuh Jokowi di SD Negeri 112 Tirtoyoso, Solo, dan lulus tahun 1973. Lalu melanjutkan ke SMP Negeri 1 Surakarta hingga lulus tahun 1976, berlanjut ke SMA Negeri 6 Surakarta dan lulus tahun 1980.
Jokowi melanjutkan ke jenjang S1 mengambil kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Jokowi mengambil jurusan teknologi kayu. Ia belajar lebih dalam tentang kayu, mulai dari pemanfaatan kayu, struktur kayu, hingga teknologi kayu. Ia mengambil bidang studi teknologi kayu karena dirinya sangat erat dengan dunia perkayuan sejak kecil. Jokowi lulus dari UGM tahun 1985 dengan skripsi berjudul “Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta”.
Setahun setelah lulus, Jokowi menikah dengan Iriana pada 24 Desember 1986, dan dikaruniai dua anak laki-laki dan satu anak perempuan, yaitu Gibran Rakabuming Raka (1987), Kahiyang Ayu (1991), dan Kaesang Pangarep (1994).
Biografi Joko Widodo – Joko Widodo atau biasa kita kenal dengan Jokowi merupakan salah satu Presiden Indonesia. Presiden Joko Widodo menjadi Presiden Indonesia yang ketujuh. Presiden Indonesia yang ketujuh ini namanya sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Namun, tidak semua orang tahu tentang biografi dari Presiden Indonesia yang ketujuh ini. Sudah tahukah kalian bahwa Presiden Jokowi merupakan pengusaha mebel yang berasal dari Solo? Bagaimana perjalanan karir politik Jokowi? Simak ulasan tentang Joko Widodo atau Jokowi mulai dari masa kecil hingga prestasi dan fakta unik yang pernah disematkan kepada Jokowi.
Jokowi Berasal Dari Keluarga Sederhana
Presiden Joko Widodo. Sumber: wikipedia
Joko Widodo lahir di Rumah Sakit Minulyo pada tanggal 21 Juni 1961, ia mempunyai ayah yang bernama Noto Mihardjo dan Ibu yang bernama Sujiatmi. Jokowi merupakan anak pertama atau sulung dan mempunyai tiga orang adik perempuan, yaitu Iit Sriyantini, Ida Yati, dan Titik Relawati.
Ayah Jokowi bekerja sebagai penjual kayu dan bambu di sekitar bantaran kali Karanganyar, Solo sehingga bisa dikatakan kehidupan Jokowi itu jauh sekali dari kata mewah.
Keluarga Jokowi bisa dikatakan sebagai keluarga yang kurang mampu khususnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti mengalami kesulitan dalam membayar uang sekolah, kesulitan mencari makan, dan beberapa kesulitan-kesulitan lainnya.
Untuk membantu meringankan beban keluarganya, Jokowi membantu ayahnya yang bekerja sebagai tukang kayu, bahkan terkadang setelah pulang sekolah, ia membantu ayahnya untuk menagih pembayaran kepada pelanggan yang sudah membeli kayu dan membantu menaikkan kayu yang sudah dibeli oleh pelanggannya ke atas becak atau gerobak.
Jokowi menikah Ibu Iriana pada tahun 1986. Dari pernikahan itu Jokowi melahirkan tiga orang anak yang terdiri dari dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Anak pertama diberi nama Gibran Rakabuming Raka, anak kedua diberi nama Kahiyang Ayu, dan anak ketiga diberi nama Kaesang Pangarep.
Saat ini, Jokowi sudah mempunyai empat orang cucu, dua cucu dari anak pertamanya dan dua cucu lagi dari anak keduanya. Pernikahan antara Gibran Rakabuming Raka dan Selvi Ananda memberikan satu cucu laki-laki yang bernama Jan Ethes Srinarendra dan satu cucu perempuan yang bernama La Lembah Mana.
Sementara itu, pernikahan antara Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution memberikan satu cucu perempuan yang bernama Sedah Mirah Nasution dan satu cucu laki-laki yang bernama Al Nahyan Nasution.
Semasa kecil, Jokowi banyak menghabiskan waktunya di kali Karanganyar. Banyak sekali aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Jokowi baik itu sendiri ataupun bersama teman-temannya.
Aktivitas yang dilakukan, seperti mandi di sungai, mencari telur bebek, memancing ikan, bermain, dan masih banyak lagi. Meskipun senang bermain atau melakukan aktivitas bersama teman-temannya, tetapi ia tidak lupa dengan kewajibannya, yaitu belajar. Jokowi sangat pandai dalam mengatur waktunya, kapan harus bermain dan kapan harus belajar.
Aktivitas Jokowi saat masih kecil tidak hanya seputar bermain dan belajar, tetapi ia juga melakukan aktivitas mengaji. Bukan hanya aktivitas belajar, bermain, dan mengaji saja yang dilakukan oleh Jokowi, tetapi ia juga melakukan aktivitas membantu ayahnya berjualan kayu atau membantu ibunya mengurusi rumah dan adik-adiknya.
Masa kecil Jokowi bisa dikatakan cukup sulit dan keras. Hal ini dikarenakan keluarga Jokowi pernah berpindah rumah-rumah karena beberapa kali rumahnya terkena penggusuran sehingga ia dan keluarga menumpang untuk sementara waktu di rumah seorang teman di daerah Gondang.
Jokowi beranggapan bahwa pengalaman masa kecil yang kurang menyenangkan bukan merupakan sebuah penderitaan. Hal itu dikarenakan, ia merasa bahwa semua hal-hal yang kurang menyenangkan di masa lalu merupakan cara Tuhan untuk membangun dan membentuk karakter dirinya di masa yang akan datang.
Pendidikan Jokowi dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 111 Tirtoyoso. Sekolah ini juga dikenal sebagai lembaga pendidikan yang ditujukan kepada masyarakat kalangan menengah ke bawah. Sekolah ini berada di daerah Banjarsari, Solo.
Sejak menempuh pendidikan Sekolah Dasar inilah Jokowi sudah mulai aktif membantu meringankan biaya hidup keluarganya dengan mencari uang jajan sendiri. Hal-hal yang dilakukan seperti menjadi kuli panggul, berjualan, dan ojek payung.
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Surakarta menjadi lembaga pendidikan menengah yang dipilih oleh Jokowi setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 03 Tirtoyoso. Sekolah ini berada di Jalan MT Haryono 4, Surakarta.
Setelah lulus dari pendidikan menengah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Surakarta, Jokowi ingin melanjutkan pendidikan menengah atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Surakarta, tetapi setelah melakukan usaha dengan maksimal, Jokowi gagal masuk ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Surakarta dan memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Surakarta.
Setelah selesai dengan pendidikan menengah atasnya, Jokowi melanjutkan pendidikannya ke Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ketika menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada, Jokowi memilih fakultas kehutanan dengan jurusan teknologi kayu. Di kampus, ia belajar lebih dalam tentang kayu, mulai dari pemanfaatan kayu, struktur kayu hingga teknologi kayu.
Jokowi mengambil bidang studi teknologi kayu dikarenakan ia sudah sangat erat dengan dunia “perkayuan” sejak kecil. Jokowi lulus dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1985 dengan judul skripsi “Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta”.
Selain tercatat sebagai mahasiswa, Jokowi juga tercatat sebagai anggota “Mapala Silvagama”. “Mapala Silvagama” merupakan organisasi yang bersifat semi otonom yang berada di Universitas Gadjah Mada.
Jokowi Mewujudkan Mimpi Indonesia (Sc)
Menjadi Gubernur DKI Jakarta
Setelah sukses menjadi Walikota Solo, Jokowi melanjutkan karir politiknya dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Awalnya Jokowi ragu untuk mengikuti pemilihan Gubernur, tetapi ia diyakinkan oleh pemimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yaitu Megawati Soekarnoputri.
Pada saat itu, Jokowi membutuhkan 9 kursi lagi untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta sehingga pemimpin Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) melakukan lobi politik dengan partai PDI-P. Setelah melakukan lobi politik maka partai Gerindra memberikan calon wakil Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama.
Pada saat itu, lebih tepatnya tahun 2012 Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama merupakan pasangan yang tidak diunggulkan. Hal itu dikarenakan mereka harus berhadapan dengan calon petahana yaitu Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.
Namun, pada akhirnya pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama berhasil mengalahkan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli dan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Adapun beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Jokowi saat memimpin Jakarta, seperti kampung deret, Kartu Jakarta Sehat (KJS), Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Jokowi Berasal Dari Keluarga Sederhana
Presiden Joko Widodo. Sumber: wikipedia
Joko Widodo lahir di Rumah Sakit Minulyo pada tanggal 21 Juni 1961, ia mempunyai ayah yang bernama Noto Mihardjo dan Ibu yang bernama Sujiatmi. Jokowi merupakan anak pertama atau sulung dan mempunyai tiga orang adik perempuan, yaitu Iit Sriyantini, Ida Yati, dan Titik Relawati.
Ayah Jokowi bekerja sebagai penjual kayu dan bambu di sekitar bantaran kali Karanganyar, Solo sehingga bisa dikatakan kehidupan Jokowi itu jauh sekali dari kata mewah.
Keluarga Jokowi bisa dikatakan sebagai keluarga yang kurang mampu khususnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti mengalami kesulitan dalam membayar uang sekolah, kesulitan mencari makan, dan beberapa kesulitan-kesulitan lainnya.
Untuk membantu meringankan beban keluarganya, Jokowi membantu ayahnya yang bekerja sebagai tukang kayu, bahkan terkadang setelah pulang sekolah, ia membantu ayahnya untuk menagih pembayaran kepada pelanggan yang sudah membeli kayu dan membantu menaikkan kayu yang sudah dibeli oleh pelanggannya ke atas becak atau gerobak.
Jokowi menikah Ibu Iriana pada tahun 1986. Dari pernikahan itu Jokowi melahirkan tiga orang anak yang terdiri dari dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Anak pertama diberi nama Gibran Rakabuming Raka, anak kedua diberi nama Kahiyang Ayu, dan anak ketiga diberi nama Kaesang Pangarep.
Saat ini, Jokowi sudah mempunyai empat orang cucu, dua cucu dari anak pertamanya dan dua cucu lagi dari anak keduanya. Pernikahan antara Gibran Rakabuming Raka dan Selvi Ananda memberikan satu cucu laki-laki yang bernama Jan Ethes Srinarendra dan satu cucu perempuan yang bernama La Lembah Mana.
Sementara itu, pernikahan antara Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution memberikan satu cucu perempuan yang bernama Sedah Mirah Nasution dan satu cucu laki-laki yang bernama Al Nahyan Nasution.
Semasa kecil, Jokowi banyak menghabiskan waktunya di kali Karanganyar. Banyak sekali aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Jokowi baik itu sendiri ataupun bersama teman-temannya.
Aktivitas yang dilakukan, seperti mandi di sungai, mencari telur bebek, memancing ikan, bermain, dan masih banyak lagi. Meskipun senang bermain atau melakukan aktivitas bersama teman-temannya, tetapi ia tidak lupa dengan kewajibannya, yaitu belajar. Jokowi sangat pandai dalam mengatur waktunya, kapan harus bermain dan kapan harus belajar.
Aktivitas Jokowi saat masih kecil tidak hanya seputar bermain dan belajar, tetapi ia juga melakukan aktivitas mengaji. Bukan hanya aktivitas belajar, bermain, dan mengaji saja yang dilakukan oleh Jokowi, tetapi ia juga melakukan aktivitas membantu ayahnya berjualan kayu atau membantu ibunya mengurusi rumah dan adik-adiknya.
Masa kecil Jokowi bisa dikatakan cukup sulit dan keras. Hal ini dikarenakan keluarga Jokowi pernah berpindah rumah-rumah karena beberapa kali rumahnya terkena penggusuran sehingga ia dan keluarga menumpang untuk sementara waktu di rumah seorang teman di daerah Gondang.
Jokowi beranggapan bahwa pengalaman masa kecil yang kurang menyenangkan bukan merupakan sebuah penderitaan. Hal itu dikarenakan, ia merasa bahwa semua hal-hal yang kurang menyenangkan di masa lalu merupakan cara Tuhan untuk membangun dan membentuk karakter dirinya di masa yang akan datang.
Pendidikan Jokowi dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 111 Tirtoyoso. Sekolah ini juga dikenal sebagai lembaga pendidikan yang ditujukan kepada masyarakat kalangan menengah ke bawah. Sekolah ini berada di daerah Banjarsari, Solo.
Sejak menempuh pendidikan Sekolah Dasar inilah Jokowi sudah mulai aktif membantu meringankan biaya hidup keluarganya dengan mencari uang jajan sendiri. Hal-hal yang dilakukan seperti menjadi kuli panggul, berjualan, dan ojek payung.
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Surakarta menjadi lembaga pendidikan menengah yang dipilih oleh Jokowi setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 03 Tirtoyoso. Sekolah ini berada di Jalan MT Haryono 4, Surakarta.
Setelah lulus dari pendidikan menengah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Surakarta, Jokowi ingin melanjutkan pendidikan menengah atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Surakarta, tetapi setelah melakukan usaha dengan maksimal, Jokowi gagal masuk ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Surakarta dan memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Surakarta.
Setelah selesai dengan pendidikan menengah atasnya, Jokowi melanjutkan pendidikannya ke Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ketika menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada, Jokowi memilih fakultas kehutanan dengan jurusan teknologi kayu. Di kampus, ia belajar lebih dalam tentang kayu, mulai dari pemanfaatan kayu, struktur kayu hingga teknologi kayu.
Jokowi mengambil bidang studi teknologi kayu dikarenakan ia sudah sangat erat dengan dunia “perkayuan” sejak kecil. Jokowi lulus dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1985 dengan judul skripsi “Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta”.
Selain tercatat sebagai mahasiswa, Jokowi juga tercatat sebagai anggota “Mapala Silvagama”. “Mapala Silvagama” merupakan organisasi yang bersifat semi otonom yang berada di Universitas Gadjah Mada.
Jokowi Mewujudkan Mimpi Indonesia (Sc)
Menjadi Gubernur DKI Jakarta
Setelah sukses menjadi Walikota Solo, Jokowi melanjutkan karir politiknya dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Awalnya Jokowi ragu untuk mengikuti pemilihan Gubernur, tetapi ia diyakinkan oleh pemimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yaitu Megawati Soekarnoputri.
Pada saat itu, Jokowi membutuhkan 9 kursi lagi untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta sehingga pemimpin Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) melakukan lobi politik dengan partai PDI-P. Setelah melakukan lobi politik maka partai Gerindra memberikan calon wakil Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama.
Pada saat itu, lebih tepatnya tahun 2012 Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama merupakan pasangan yang tidak diunggulkan. Hal itu dikarenakan mereka harus berhadapan dengan calon petahana yaitu Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.
Namun, pada akhirnya pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama berhasil mengalahkan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli dan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Adapun beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Jokowi saat memimpin Jakarta, seperti kampung deret, Kartu Jakarta Sehat (KJS), Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Menjadi Gubernur DKI Jakarta
Setelah sukses menjadi Walikota Solo, Jokowi melanjutkan karir politiknya dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Awalnya Jokowi ragu untuk mengikuti pemilihan Gubernur, tetapi ia diyakinkan oleh pemimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yaitu Megawati Soekarnoputri.
Pada saat itu, Jokowi membutuhkan 9 kursi lagi untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta sehingga pemimpin Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) melakukan lobi politik dengan partai PDI-P. Setelah melakukan lobi politik maka partai Gerindra memberikan calon wakil Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama.
Pada saat itu, lebih tepatnya tahun 2012 Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama merupakan pasangan yang tidak diunggulkan. Hal itu dikarenakan mereka harus berhadapan dengan calon petahana yaitu Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.
Namun, pada akhirnya pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama berhasil mengalahkan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli dan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Adapun beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Jokowi saat memimpin Jakarta, seperti kampung deret, Kartu Jakarta Sehat (KJS), Kartu Jakarta Pintar (KJP).